Studi Pembuatan Klepon dengan Substitusi Tepung Sagu sebagai Alternatif Makanan Selingan Indeks Glikemik Rendah Bagi Penderita Diabetes Meliitus Tipe 2
Authors
Heri Warsito , Khotimatus Sa’diyahDOI:
10.25047/j-kes.v7i1.74Published:
2019-05-25Issue:
Vol. 7 No. 1 (2019): AprilArticles
Downloads
How to Cite
Downloads
Metrics
Abstract
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi cara tubuh memproses glukosa darah dan tubuh tidak cukup memproduksi insulin. Pangan dengan indeks glikemik rendah mampu memperbaiki sensitivitas insulin. Tepung sagu merupakan pangan fungsional dengan kandungan serat yang cukup tinggi dan termasuk pangan indeks glikemik rendah. Klepon adalah makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari tepung ketan dengan IG tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan klepon dengan substitusi tepung sagu sebagai alternatif makanan selingan indeks glikemik rendah bagi penderita diabetes melitus tipe 2. Rancangan percobaan menggunakan 2 tahap yaitu Rancangan Acak Lengkap untuk optimasi pembuatan klepon dan posttest only control group design untuk uji indeks glikemik. Perlakuan klepon substitusi tepung sagu yaitu 100%:0%, 90%:10%, 80%:20%, 70%:30%, 60%:40%, 50%:50% dengan pengulangan 4 kali dan dibutuhkan 16 relawan dalam uji indeks gikemik. Perlakuan P5 (20% tepung sagu dan 80% tepung ketan) merupakan perlakuan terbaik ditinjau dari indeks efektifitasnya. Nilai indeks glikemik diperoleh dengan membagi luas area dibawah kurva pangan uji dengan pangan standar. Berdasarkan hasil perhitungan nilai IG diketahui yaitu 43,25 dan termasuk dalam ketegori Indeks glikemik rendah.
Kata kunci: Tepung Sagu, Indeks Glikemik, Diabetes Mellitus Tipe 2
References
(1) Ningtyas, D. W. 2013. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember.
(2) IDF (International Diabetes Federation). 2013. Diabetes Atlas. Sixth Ed. www.idf.org
(3) WHO (World Helath Organization). 2013. About Cardiovascular Disease. http:/www.who.int/cardiovascular_disease/about_cvd/en/ diakses tanggal 08 Mei 2017).
(4) Firdausi, R. N. 2015. Pengaruh Ekstrak Etanol Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Profil Hispatologi Penyembuhan Luka Tikus Wistar Jantan yang di Induksi Aloksan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Jember.
(5) Franz, M. J. 2012. Medical Nutrition Therapy for Diabetes Melitus and Hypoglycemia of Nondiabetic origin. In : Mahan L.K., Escott-Stump S., Raymond J. L., Krause’s Food and Nutrition Care Process. Philadephia: WB Saunders: 2012. P 675-709.
(6) Hoerudin. 2012. Indeks Glikemik Buah dan Implikasinya dalam Pengendalian Kadar Glukosa Darah. Bogor: Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol. VIII (2) Hal. 80-98.
(7) Hartono, A. 2016. Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
(8) Haliza, W., E. Y. Purwani., dan S.Yuliani. 2006. Evaluasi Kadar Pati Tahan Cerna (PTC) dan Nilai Indeks Glikemik Mi Sagu. Bogor: Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XVII (2) Hal. 149-152.
(9) Papiliya, E. C. 2009. Sagu untuk Pendidikan Anak Negeri. Bogor: IPB Press.
(10) Auliah, A. 2012. Formulasi Kombinasi Tepung Sagu dan Tepung Jagung pada Pembuatan Mie. Jurnal Chemica Vol. 13 No. 2.
(11) FAO (Food and Agricultre Organization). 1998. Agribusiness Handbook: Various Kinds of Flour. Rome, Italy: Food and Agricultre Organization.
(12) Ayuningtyas, S. 2015. Studi Pembuatan Klepon dari Ubi Jalar Ungu dan Tepung Tapioka sebagai Makanan Selingan bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi. Program Studi Gizi Klinik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember.Brennan C. S. 2005. Dietary fibre, glycaemic response and diabetes. Mol. Nutr. Food Rev., Vol. 49 (7): 716.
(13) Joseph, G. 2002. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Bogor: IPB Bogor.
(14) Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(15) Nofalina, Y. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Terigu terhadap Daya Terima, Kadar Karbohidrat dan Kadar Serat Kue Prol Bonggol Pisang. Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember. Jember
(16) Rokana, E., dan B. D. Bebilla. 2016. Uji Organoleptik Nugget Daging Kambing dan Domba yang Diberi Perlakuan Tepung Sagu dengan Dosis yang Berbeda. Jurnal Fillia Cendeki. Volume 1 Nomor 2.
(17) Rini, A. W. 2008. “Pengaruh Penambahan Tepung Koro Glinding (Phaseolus lunatus) terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Basah dengan Bahan Baku Tepung Terigu yang Disubstitusi Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas)”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Fakultas Pertanian.
(18) Martini, T. 2002. Kajian Pembuatan Tepung Cake Tape Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Instan Dan Penerimaan Konsumen Terhadap Mutu Organoleptik Cake. Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal. 40.
(19) Puckett, R. P. 2004. Food Service Manual For Health Care Institution. Third Edition. San Fransisco : American Hospital Association.
(20) Koapaha, T., T. Langi, dan L. E. Lalujan. 2011. Penggunaan Pati Sagu Modifikasi Fosfat terhadap Sifat Organoleptik Sosis Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
(21) Triyantini, R. S., J. Darma dan T. P. Indarmono. 1986. Pengaruh Macam Daging dan Lama Pelayuan Terhadap Mutu Bakso Sapi. Proc. Seminar. LIPI. Pusat Penelitian Peternakan, Bogor. Vol. 7 : Hal. 359-364.
(22) Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
(23) Maulana, B. 2012. Pengaruh Berbagai Pengolahan Terhadap Indeks glikemik Ubi Jalar (Ipomea batatas) Cilembu. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
(24) Gaman, P.M dan K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
(25) Yuliasih, I., T. T. Irawadi, dan I. Sailah. 2008. Pengaruh Proses Fraksinasi Pati Sagu terhadap Karakteristik Fraksi Amilosanya. J Tek Ind Pert. Vol.17(1) : Hal. 29-36.
(26) Brennan C. S. 2005. Dietary fibre, glycaemic response and diabetes. Mol. Nutr. Food Rev., Vol. 49 (7): 716.
(27) Atkinson, F. S., K. Foster-Powell, and J.C. Brand Miller. 2008. International tables of glycemic load value. Diabetes Care. Hal. 31 : 2281-2283.
(28) Marsono, Y., P. Wiyono., Z. Noor. 2002. Indeks glikemik kacang-kacangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13(3): 13-20.
(29) Premanath, M., H. M. Gowdappa., M. Mahesh., dan M. S. Babu. 2011. A Study of Glycemic Index of ten Indian Fruits by an Alternate Approach. E-International Scientific Research Journal. Vol. 3(1): Hal.11-18.
(30) Ludwig, D. S. 2000. Dietary glycemic indexand obesity. Journal of Nutrition. 130, 280-283.
(31) Siagian, A., S. H. Rimbawan., dan D. Dalimunthe. 2004. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pengolahan Pangan terhadap Nafsu Makan pada Subyek Obes dan Normal. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. X. No.2. Hlm. 101 – 205.
License
Authors who publish in this journal agree to the following terms:
1. Copyright belongs to the medical journal as a publication
2. The author retains copyright and grants the journal rights to the first publication carried out simultaneously under a Creative Commons Attribution License which allows others to share the work with an acknowledgment of the author's work and initial publication in this journal.
3. Authors may enter into separate additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the work (eg sending it to an institutional repository or publishing it in a book) with acknowledgment of initial publication in this journal.
4. Authors are permitted and encouraged to post work online (eg in institutional repositories or on their websites) before and during the submission process, as before and larger citations of published work (see Effects of Open Access).
Selengkapnya tentang teks sumber ini